Saya santri UPT SMPN 32 gresik. Sekolah Saya berada di jalan gelang jaya VI/18 desa Lasem kecamatan sidayu. Nama saya Indi Nurin Nihayah Ramadhani biasanya di panggil Indi. Sekarang saya duduk di kelas 8A. Saya duduk bersama Zahira bangku paling depan. Kelas saya dihiasi tema astronout dan planet-planet. Biasanya saya berangkat ke sekolah pukul 06:30 WIB. Saya berangkat ke sekolah dengan senang hati karena ada kegiatan madin/diniyah tempatnya di kelas 8A, kegiatan dari madin/diniyah membaca Al-Qur’an walaupun di rumah sudah disunahkan membaca Al-Qur’an.
Mentari pagi menyinari desa Lasem yang berseri-seri. Saya meletakkan tas di atas meja, kemudian saya pergi ke kantin membeli makanan jasuke yang enak dan gurih legit manis jagungnya. Mendengar bel berbunyi saya lagsung masuk kelas. Sebelum duduk di kursi saya membuka jendela agar sinar matahari masuk ke ruang kelas. Bagi saya madin/diniyah bukan hanya sekadar belajar tentang agama, tetapi juga ruang kedua yang penuh dengan ilmu dan persahabatan antar sesama.
Setiap satu minggu sekali ada kegiatan madin/diniyah. Guru madinya yaitu bu Zunaidah dan bu Isna yang penuh kesabaran dan kasih sayang. Beliau sebelum masuk kelas menyambut murid-murid dengan senyuman manis. Dengan penuh terliti bu Zuna mengajar bagaimana cara belajar mengucapkan huruf hijaiyah dan membaca Al-Qur’an dengan benar.
Di madin saya tidak hanya belajar al-qur’an tetapi juga belajar memahami berbagai hadist, serta mempelajari adab dan akhlak mulia. Kepala Sekolah UPT SMPN 32 Gresik yaitu bapak Hanif Hasan, S.Pd., M.Pd. Mengatakan bahwa madin merupakan bagian penting dari pendidikan sekolah. Beliau berharap dengan adanya madin/diniyah anak-anak UPT SMPN 32 Gresik bisa membaca Al-Qur’an serta memiliki bekal agama yang cukup untuk mengahadapi tantangan dunia di masa depan cerah.
Cara belajar madin sangatlah unik karena belajarnya duduk berbaris seperti kereta api. Saya duduk di barisan nomor dua. Bu Zuna memanggil nama saya untuk membaca. Saya tergesa-gesa kedepan untuk membaca AlQur’an, terkadang saya membacanya salah, kemudian bu Zuna langsung menegur dan membenarkannya. Setelah ditegur saya berusaha semaksimal mungkin mengulangi bacaan tersebut dari awal dengan benar supaya makharijul hurufnya terbaca dengan baik.
Di kelas saya ada dua santri yang tidak bisa membaca Al-Qur’an, akhirnya santri itu membaca Tilawati yang didampingi dengan bu Isna, nama dari santri tersebut adalah Haidar dan Yasin. Terkadang saya bertanya kepada bu Zuna “Bu apa manfaat dari kegiatan Madin?”, bu Zuna menjawab “Manfaat madin yaitu untuk meningkatkan pengetahuan agama, akhlak, dan sikap dalam kehidupan sehari-hari”. Meskipun Yasin tidak bisa membaca AlQuran dengan benar, tetapi dia memiliki kemampuan menggambar kaligrafi dengan sangat baik. Sebelum bel pembelajaran berbunyi biasanya ada waktu sekitar 15 menit, bu Zuna dan bu Isna menerangkan tajwid-tajwid dan cara membaca huruf hijaiyah dengan benar.
Tentang Penulis
Indi Nurin Nihayah Ramadhani
Indi Nurin Nihayah Ramadhani, perempuan kelahiran Gresik ini tinggal di Sambogunung, Dukun, Gresik, Jawa Timur. Ia dikenal sebagai siswi yang bersemangat dalam belajar dan aktif mengikuti berbagai kegiatan di sekolah.